Showing posts with label sumur resapan. Show all posts
Showing posts with label sumur resapan. Show all posts

Penyedia Jasa Biopori


Banyak diantara kita yang pernah atau sering mengalami kekurangan air tanah disaat musim kemarau. Penggunaan mesin pompa dengan kapasitas tinggi pun tidak mampu menyedot dan mengambil air tanah secara maksimal. Cara lain adalah dengan menambah kedalaman sumur pompa, namun hal itu juga tidak mudah dan tentu memerlukan biaya yang banyak.

Kekurangan air tanah seperti kondisi tersebut diatas disebabkan karena minimnya pasokan air yang meresap ke dalam tanah, utamanya air hujan. Air hujan yang turun dan jatuh ke bumi tidak ditangkap, diambil kemudian diresapkan ke dalam tanah. Yang terjadi justru air hujan dibiarkan masuk ke dalam saluran drainase (got) dan selanjutnya terbuang percuma. Sebab lain karena air tanah yang terkandung di dalam kantung-kantung air hanya diambil secara terus menerus tanpa mengisinya kembali. Untuk itu perlu dibuat suatu wadah yang berfungsi untuk menangkap, mengambil dan meresapkan air hujan masuk ke dalam tanah, yang nantinya akan mengisi kantung-kantung air yang berada di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Wadah yang sederhana dan mudah dibuat adalah Lubang Resapan Biopori. Kita bisa membuatnya sendiri atau bisa memanfaatkan pihak lain yang menyediakan Jasa Biopori.

Salah satu peraturan yang menjadi acuan dalam pemanfaatan air hujan adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan. Dalam peraturan menteri tersebut disebutkan Tata Cara Pembuatan Lubang Resapan Biopori, diantaranya :

1. Persyaratan lokasi
  • daerah sekitar pemukiman, taman, halaman parkir dan sekitar pohon; dan/atau
  • pada daerah yang dilewati aliran air hujan.
 2. Konstruksi
  • membuat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman 100 cm atau tidak melampaui kedalaman air tanah. Jarak pembuatan lubang resapan biopori antara 50 – 100 cm;
  • memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan:
         - paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10 cm; atau
         - adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cm disekeliling mulut lubang.
  • mengisi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur; dan
  • menutup lubang resapan biopori dengan kawat saringan.
 3. Pemeliharaan
  • mengisi sampah organik kedalam lubang resapan biopori;
  • memasukkan sampah organik secara berkala pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada lubang resapan biopori; dan/atau
  • mengambil sampah organik yang ada dalam lubang resapan biopori setelah menjadi kompos diperkirakan 2 – 3 bulan telah terjadi proses pelapukan.
Berdasarkan pengalaman dalam pengerjaan Jasa Biopori, jumlah lubang resapan Biopori yang dapat dikerjakan dalam 1 (satu) hari antara 10 – 15 lubang per orang. Jadi jika mengerjakan sebanyak 50 lubang maka dibutuhkan waktu selama 4 hari jika menggunakan 1 orang tenaga kerja.Tapi jika ingin menyelesaikannya dalam 1 hari maka diperlukan tenaga kerja sebanyak 4 - 5 orang.

Selain bergerak di pengerjaan Jasa Biopori, juga memungkinkan untuk pengerjaan jasa lainnya seperti pengerjaan Sumur Resapan.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan pihak penyedia Jasa Biopori yang berpengalaman. Bukan hanya mampu dalam mengerjakan dan membuat lubang resapan biopori, tapi juga mampu memberikan saran dan pendapat terkait pemanfaatan lubang resapan biopori. Sehingga setelah lubang resapan biopori dibuat dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai wadah dalam memanfaatkan air hujan.

Jika ingin berhubungan dengan pihak penyedia Jasa Biopori bisa mengisi form dengan cara mengklik tombol PESAN SEKARANG dibawah ini atau WA ke nomor 0812 1824 0866.



SAVE THE WATER...KEMBALIKAN DIA KE DALAM TANAH

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel Seputar Biopori dan Sumur Resapan

Menjaga Ketersediaan Air Tanah Melalui Biopori dan Sumur Resapan

Tentu kita semua mengharapkan kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik, sehingga kita bisa beraktifitas sehari-hari dengan sehat dan nyaman. Menjaga kualitas lingkungan itu memang gampang-gampang susah. Dari segi biaya, ada yang memerlukan biaya yang mahal, ada yang murah bahkan ada yang tanpa biaya. Supaya kualitas lingkungan bisa terjaga dengan baik, maka yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga ketersedian unsur-unsur yang membangun lingkungan tersebut.

Seperti yang kita ketahui bersama, salah satu unsur yang membangun lingkungan adalah air. Dengan menjaga ketersediaan air, maka secara tidak langsung akan turut menjaga terjadinya kerusakan lingkungan. Air merupakan unsur penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup, baik kehidupan manusia, hewan, tumbuhan maupun kehidupan makhluk lainnya.  Untuk itu menjaga ketersediaan air merupakan bagian terpenting dalam mendukung kehidupan makhluk sekaligus akan menjaga kualitas lingkungan.

Namun sayangnya masih banyak masyarakat khususnya di kota-kota besar yang belum menyadari betapa pentingnya menjaga ketersediaan air. Mungkin dikarenakan mereka belum mengetahui bagaimana cara yang efisien dan murah. Salah satu cara untuk menjaga ketersediaan air khususnya air tanah yang efisien dan murah adalah dengan membuat lubang resapan berupa lubang Biopori atau Sumur Resapan. Membuat lubang resapan biopori biayanya lebih murah dibandingkan Sumur Resapan. Meskipun berbiaya murah, namun memiliki beberapa manfaat (link terkait Manfaat Biopori)

Program pembuatan lubang resapan Biopori atau Sumur Resapan saat ini sudah menjadi salah satu program kegiatan yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten maupun Kota. Untuk mendukung program tersebut, Pemerintah Daerah telah membuat berbagai peraturan. Sebagai contoh, Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan, Peraturan Bupati Mojokerto No. 13 Tahun 2015 tentang Sumur Resapan dan lain sebagainya. Selain peraturan-peraturan tentang Sumur Resapan, juga diterbitkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah seperti Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 Tahun 2011.



Berbagai produk undang-undang dan peraturan yang terkait dengan lingkungan hidup maupun air tanah diantaranya :

  • Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
  • Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
  • Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
  • Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan PengendalianPencemaran Air;
  • Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
  • Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pemanfaatan Air Hujan.

Lubang Biopori maupun Sumur Resapan, manapun yang kita buat, kedua-duanya akan sangat bermanfaat khususnya untuk menjaga ketersediaan air tanah. Sangat disayangkan jika air hujan yang jatuh terbuang sia-sia, tanpa dikembalikan ke dalam tanah.

Melalui lubang Biopori dan Sumur Resapan, maka proses pengembalian air hujan ke dalam tanah akan lebih optimal. Sehingga disaat musim kemarau, ketersediaan air tanah akan terjaga tanpa khawatir mengalami kekurangan. Selain itu, pengembalian air ke dalam tanah akan mencegah terjadinya penurunan tanah. Ada slogan yang berbunyi “Kembalikan Air Ke Dalam Tanah, Jangan Cuma Bisa Mengambil Tapi Tidak Bisa Mengembalikan”.



Anda tertarik ingin buat Lubang Biopori atau Sumur Resapan ?....Klik Disini


SAVE THE WATER...KEMBALIKAN DIA KE DALAM TANAH

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel Seputar Biopori dan Sumur Resapan


Beberapa Cara Mencegah Banjir



Cara mencegah banjir akan Anda temui dalam artikel berikut ini. Namun sebelumnya, perlu diketahui bahwa dari beberapa kota besar yang ada di Indonesia, Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak penduduk Indonesia yang hijrah dan mengadu nasib di Jakarta. Akibatnya kepadatan penduduk Jakarta semakin meningkat dan hal itu tidak dapat dielakkan. Bukan hanya kepadatan penduduk yang semakin meningkat, bahkan kepadatan pemukiman hingga kepadatan lalulintas juga ikut meningkat. Semua itu berdampak pula kepada tingkat kuantitas dan kualitas lingkungan hidup seperti udara, air dan tanah.


Permasalahan lain yang muncul adalah Kota Jakarta maupun kota-kota besar pada umumnya menjadi semakin sering dan rawan terjadi banjir. Bila banjir datang, tentu menyebabkan ketidaknyamanan dan kerugian bagi warga Jakarta. Bahaya terserang penyakit tentu akan mengancam Anda dan keluarga. Selain itu Anda tidak akan nyaman berangkat menuju ke kantor, ke sekolah, ke tempat ibadah, ke tempat usaha bahkan di rumahpun Anda juga tidak akan merasa nyaman karena Anda harus menyelamatkan perabotan-perabotan rumah tangga dan keluarga Anda. Dan ketika banjir sudah surut, Anda harus segera membersihkannya. Sosialisasi kepada masyarakat khususnya berkaitan dengan cara mencegah banjir harus digalakkan.

Perlu kesadaran dan kepedulian dari seluruh warga untuk berusaha melakukan pencegahan-pencegahan terhadap terjadinya banjir. Mencegah dan mengatasi banjir tidak hanya diupayakan oleh Pemerintah atau perorangan saja. Diperlukan komitmen bersama dari berbagai pihak untuk menghindarkan Jakarta dan kota-kota besar lainnya terbebas dari banjir. Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan segera membuat Peraturan Gubernur mengenai kewajiban setiap gedung di Jakarta untuk membuat sumur resapan atau Biopori.

Cara Mencegah Banjir

 

Cara mencegah banjir dengan memperbanyak Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ketersediaan ruang terbuka hijau khususnya di kota-kota besar seharusnya minimal 30% dari luas kota. Namun kenyataannya, ruang terbuka hijau yang ada hanya mencapai 10 %. Menyediakan Ruang Terbuka Hijau menjadi salah satu cara mencegah banjir karena dapat menjadi area bagi penyerapan air ketika hujan turun dan tentu hal itu dapat menjadi cara mengatasi banjir. Selain itu ruang terbuka hijau dapat bermanfaat bagi kesehatan dan menciptakan udara yang bersih, menjadi arena bermain, olahraga dan tempat komunikasi publik.

Cara mencegah banjir dengan menanam pohon

Cara mencegah banjir berikutnya adalah dengan menanam pohon yang dapat dilakukan di pekarangan rumah, sekolah, kantor dan tempat-tempat umum lainnya. Keberadaan pohon atau tanaman dapat menunjang terciptanya kota yang hijau, mengurangi polusi udara, mengurangi jumlah debit air hujan yang mengalir di permukaan tanah, dapat mengatasi banjir dan menjadikan langit yang biru.

Cara mencegah banjir dengan membuat Lubang Resapan Biopori (LRB)

Salah satu cara mencegah banjir yang dapat dilakukan untuk adalah dengan membuat Lubang Resapan Biopori (LRB). Banyak masyarakat dikota-kota besar seperti Jakarta yang belum memahami pengertian bioporimanfaat dan cara membuat LRB. Hal tersebut karena masih minimnya sosialisasi-sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai pihak baik itu Pemerintah maupun Lembaga atau Organisasi-organisasi Masyarakat. Meskipun cara tersebut belum umum diketahui dan dilakukan oleh masyarakat, namun dampaknya dalam mengatasi permasalahan banjir sangat signifikan. Lubang tersebut dapat dibuat dengan menggunakan alat manual dengan kedalaman vertical antara 80-100 cm dengan diameter antara 10 – 30 cm. Setelah anda buat lubangnya, selanjutnya anda dapat mengisi lubang tersebut dengan batu kerikil pada dasarnya dan ditambahkan dengan berbagai macam sampah organic atau sampah dedaunan. Beberapa pengusaha sudah menjual alat biopori dengan berbagai macam bentuk dan fungsi. Melalui LRB tersebut, air hujan atau air dari saluran pembuangan akan terserap sehingga jumlah air yang mengalir dijalan-jalan atau dipermukaan tanah akan berkurang.

Cara mencegah banjir dengan penanganan sampah yang baik

Perlu upaya penanganan yang baik terhadap sampah diantaranya membuang sampah pada tempatnya serta memilah sampah organik dan non organik. Saat ini sudah banyak tersedia dan dijual tempat sampah dengan berbagai bentuk dan fungsinya. Ada tempat sampah yang dijual untuk sampah organik/sampah basah, ada juga untuk sampah non organik/sampah kering.
Merubah kebiasaan masyarakat untuk melakukan hal-hal tersebut memang tidak mudah. Masih banyak masyarakat disekitar kita yang membuang sampah di sungai, kali atau saluran (got) sehingga menyebabkan fungsi dari saluran-saluran air tersebut menjadi terganggu dan hal itu dapat menyebabkan terjadinya banjir.

Cara mencegah banjir dengan tidak membangun pemukiman di sekitar sungai


Akibat dari tingginya tingkat urbanisasi dan kepadatan penduduk sedangkan di satu sisi ketersediaan lahan untuk pemukiman dan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menyebabkan banyak masyarakat yang menggunakan area-area hijau dan daerah aliran sungan (DAS) sebagai tempat pemukiman. Akibatnya kemampuan area-area hijau untuk menyerap air dan daya tampung sungai menerima jumlah air yang mengalir menjadi berkurang.
Cara mencegah banjir yang juga perlu dilakukan adalah adanya upaya dari Pemerintah untuk menekan keberadaan dari pemukiman-pemukiman di area-area tersebut dan tentu hal tersebut harus juga ditunjang oleh kesadaran dari masyarakat sendiri.

Anda tertarik ingin buat Lubang Biopori atau Sumur Resapan ?....Klik Disini


SAVE THE WATER...KEMBALIKAN DIA KE DALAM TANAH

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel Seputar Biopori dan Sumur Resapan

Cegah Penurunan Tanah Dengan Mengembalikan Air Ke Dalam Tanah



Mungkin Anda atau masyarakat umumnya cenderung menuduh terjadinya banjir akibat dari sumbatan sampah, saluran got (drainase) yang tidak memadai, menurunnya fungsi sungai dan daya dukung lingkungan atau akibat dari tingginya curah hujan. Belum banyak yang mengetahui bahwa masih ada faktor lain yang menjadi penyebab banjir yakni akibat penurunan tanah.  

Penurunan tanah (land subsidence) merupakan suatu kejadian alam yang banyak terjadi di kota-kota besar. Penurunan tanah adalah proses pemerosotan atau anjloknya tanah secara bertahap atau secara tiba-tiba seiring dengan pergerakan material bumi serta terciptanya rongga di bawah permukaan tanah. 

Menurut Whittaker and Reddish tahun 1989, beberapa penyebab terjadinya penurunan muka tanah yaitu :
  • Penurunan muka tanah akibat adanya aktivitas pengambilan bahan cair dalam tanah seperti minyak bumi dan air tanah.
  • Penurunan muka tanah akibat terjadinya aktivitas geologi seperti tektonik dan vulkanik.
  • Penurunan muka tanah akibat adanya aktivitas pengambilan bahan padat dari tanah seperti penambangan.
  • Penurunan muka tanah akibat adanya beban berat diatas tanah seperti bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah dibawahnya mengalami proses kompaksi (kestabilan tanah), konsolidasi dan pemadatan.
Jika dinding rumah tinggal Anda terlihat retak-retak dan posisi jalanan lebih tinggi daripada rumah Anda, itu tanda-tanda bahwa telah terjadi penurunan tanah. Selain itu tanda-tanda lainnya adalah saluran air menjadi patah, miring atau berubah arah.

Menurut Hasanudin Z. Abidin seorang peneliti geodesi dari Institut Teknologi Bandung, selain dari akibat beban dari bangunan dan jalan, salah satu faktor penurunan tanah adalah akibat dari penyedotan air tanah untuk kebutuhan industri, rumah tinggal, hotel, mal, apartemen dan lain sebagainya. 

Melihat dari kedua sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa penurunan tanah yang disebabkan oleh beban yang berat dari bangunan maupun jalanan diatasnya serta adanya penyedotan air tanah, hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara untuk mengatasi atau mencegah terjadinya penurunan tanah tersebut?. Mengurangi beban bangunan atau jalan tentu tidak mungkin, mengurangi penyedotan dan penggunaan air tanah bukannya tidak mungkin, tetapi bisa dikatakan tidak bijak karena air merupakan kebutuhan primer dari masyarakat. Satu-satunya cara yang lebih tepat dan bijak adalah dengan mengembalikan air ke dalam tanah sehingga air tersebut akan mengisi rongga-rongga kosong yang ada di dalam tanah.


Kendala yang dapat menghambat kembalinya air ke dalam tanah adalah akibat tidak adanya tanaman, permukaan tanah sudah tertutup baik itu oleh aspal, beton, bangunan maupun lainnya, serta lapisan atas permukaan tanah sudah mengalami pemadatan. Untuk mengatasi kendala tersebut, metode yang mudah dan murah untuk Anda lakukan sehingga air dapat kembali ke dalam tanah adalah dengan membuat Lubang Resapan Biopori dan Sumur Resapan. Bisa Anda membuat salah satunya atau jika memungkinkan dibuat kedua-duanya. Adanya Lubang Resapan Biopori dan Sumur Resapan dapat membantu air khususnya air hujan untuk mengalir dan masuk terserap ke dalam tanah sehingga mencegah terjadinya efek penurunan tanah. Artikel sebelumnya sudah pernah dibahas bagaimana langkah-langkah membuat Lubang Resapan Biopori serta bagaimana cara membuat Sumur Resapan.


Anda tertarik ingin buat Lubang Biopori atau Sumur Resapan ?....Klik Disini


SAVE THE WATER...KEMBALIKAN DIA KE DALAM TANAH

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel Seputar Biopori dan Sumur Resapan

Bagaimana Cara Membuat Sumur Resapan ?


Kita mungkin sering mengalami kedua hal ini, banjir ketika musim hujan, kekurangan air ketika musim kemarau. Kejadian tersebut merupakan kejadian yang sering dialami khususnya di kota-kota besar. Salah satu penyebab terjadinya fenomena tersebut diantaranya karena semakin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat berfungsi untuk penyerapan air kedalam tanah. Namun, semakin berkurangnya RTH tersebut dapat disiasati salah satunya dengan berpartisipasi membuat Sumur Resapan (SR) di sekitar rumah, sekolah, kantor, gedung-gedung, lingkungan perumahan dan tempat-tempat lain yang membutuhkan. Jika hal ini dilakukan, maka ketika musim hujan, sebagian besar air hujan dapat diresapkan ke dalam tanah dan ketika musim kemarau kita tidak kekurangan air. Melalui artikel ini, Anda akan mengetahui bagaimana cara membuat Sumur Resapan yang mudah dan dapat dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja.

Cara membuat Sumur Resapan  tidaklah sulit. Anda tinggal tentukan mau bentuk sumur resapan yang berbentuk silinder atau kotak (persegi empat). Jika yang Anda inginkan berbentuk silinder, maka Anda tinggal menggali tanah berdiameter 80 – 120 cm dengan kedalaman 150 – 300 cm. Selanjutnya masukkan Buis Beton kedalam galian tersebut. Untuk keamanan, buat penutup sumur dari beton bertulang dengan ketebalan penutup 10 – 12 cm. Atur posisi penutup kurang lebih 15 cm dibawah permukaan tanah sehingga diatasnya dapat ditutup tanah atau diletakkan pot-pot tanaman. Untuk Sumur Resapan berbentuk persegi empat, Anda dapat membuat galian dengan dimensi panjang 100 - 120 cm, lebar 100 – 120 cm dan kedalaman 200 – 300 cm. Dinding sumur bisa dibuat dengan beberapa pilihan, semua dinding dibuat bata susun tanpa plester, atau setengah bagian kebawah dibuat bata susun tanpa plester dan setengah bagian keatas diplester. Diantara bata susun tersebut, dapat Anda tambahkan dengan membuat pori-pori dari pipa PVC 1 – 1 ¼ inch yang ditanam/dipasang diantara susunan bata tersebut.  Terakhir, Anda tinggal masukkan batu kerikil (split) atau puing-puing batu atau pecahan batu bata (sisa pengerjaan) atau batu-batu kali dan diatasnya Anda tutup dengan lapisan Ijuk kira-kira 10 cm (ketebalan lapisan batu + ijuk kira-kira setengah dari kedalam sumur). Lapisan batu dan ijuk diperlukan karena jika sumur tanpa lapisan tersebut maka air akan langsung menimpa pori-pori tanah dan menutupnya, sehingga efektifitas sumur dalam menyerap air akan berkurang.

Hal lain yang perlu Anda perhatikan sebagai salah satu cara membuat Sumur Resapan adalah letak (posisi) dari Sumur Resapan minimal berjarak 1 meter dari pondasi bangunan dan minimal 5 meter dari septic tank. Selanjutnya perhatikan besaran dimensi dari sumur tersebut. Untuk besaran dimensi Sumur Resapan tergantung dari kondisi tanah dan curah hujan. Jika curah hujannya tinggi, maka sumur resapannya dibuat lebih lebar dan dalam sehingga dapat menampung lebih banyak air. Begitu juga jika kondisi tanahnya tinggi kadar lempungnya/liatnya, karena tanah lempung/liat lebih lambat menyerap air. Sebaliknya jika tanahnya lebih berpasir, maka tidak masalah sumurnya lebih dangkal (dimensinya lebih kecil). Sebagai acuan, untuk rumah-rumah dengan type 36, maka yang dibutuhkan hanya 1 (satu) unit Sumur Resapan berdiameter 100 cm. Sedangkan rumah dengan type 70 dimana atapnya lebih besar dan mencurahkan air lebih banyak, maka dibutuhkan 2 (dua) unit sumur.

Terakhir, agar air hujan yang jatuh dapat Anda manfaatkan dengan lebih optimal sehingga kualitas dan kuantitas air tanah dapat terjaga, maka yang perlu Anda perhatikan adalah dengan mengalirkan air hujan dari atap melalui talang vertikal, selanjutnya masuk ke bak kontrol berpenyaring kasa nyamuk dan terakhir masuk ke sumur resapan. Atau bisa juga dari saluran air hujan langsung ke sumur resapan tanpa fasilitas bak kontrol. Pengaliran air hujan ke sumur dapat menggunakan pipa PVC 110 mm (3 inch) dan dibuatkan juga pipa keluaran dari sumur ke saluran umum (drainase/got) untuk melepas air bila sumur penuh terisi air.


Anda tertarik ingin buat Lubang Biopori atau Sumur Resapan ?....Klik Disini


SAVE THE WATER...KEMBALIKAN DIA KE DALAM TANAH

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel Seputar Biopori dan Sumur Resapan